22 October 2010

Semangkuk bakmi (nice story)


Pada malam itu, Sue bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Sue segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Sue berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu ia berkata “Nona, apakah engkau ingin semangkuk bakmi ?” “Tetapi, aku tidak membawa uang”, jawab Sue dengan malu-malu.

“Tidak apa-apa. Aku akan mentraktirmu”, jawab sang pemilik kedai.”Silakan duduk, aku akan memasakkan bakmi untuk mu”.

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi dengan sepiring sayuran.

Sue segera makan beberapa suap dan kemudian air matanya mulai berlinang. “Ada apa Nak ?” tany a si pemilik kedai.

“Ah, tidak apa-apa. Aku hanya terharu” jawab Sue sambil mengeringkan air matanya. “Bahkan, seorang yang baru aku kenal pun mau memberi aku semangkuk bakmi! Tetapi,Ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, langsung mengusir aku dari rumah. Ibu mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah. Sebaliknya, engkau, orang yang baru aku kenal ternyata begitu peduli dengan keadaanku. Jauh berbeda jika dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri” ujar Sue yang ternyata tidak mampu membendung gejolak isi hatinya.

Pemiliki kedai itu, setelah mendengar perkataan Sue, tampak menarik nafas panjang dan kemudian berkata “Nona, mengapa engkau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini. Aku hanya memberimu semangkuk bakmi, dan untuk itu engkau pun menjadi sangat terharu. Coba bayangkan, Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu semenjak engkau masih kecil hingga akhirnya beranjak dewasa. Mengapa engkau tidak berterima kasih kepadanya? Malah, engkau bertengkar dengan beliau”.

Sue terhenyak mendengar perkataan tadi. “Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut ? Untuk semangkuk bakmi dari seseorang yang baru aku kenal,aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada Ibuku yang telah memasak selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan,hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengan Ibu,” renung Sue dalam hati.

Sue pun segera menghabiskan bakmi tersebut dengan cepat. Lalu, ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus dia ucapkan kepada Ibunya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengatakan “Ibu, aku minta maaf, aku tahu bahwa aku memang bersalah. Maafkan aku.”

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ternyata sang Ibu telah mencari Sue ke semua tempat. Ketika ia bertemu dengan Sue, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Sue,cepatlah masuk. Ibu telah menyiapkan makan malam. Segeralah kamu makan makanan itu, akan menjadi dingin jika kamu tidak memakannya sekarang”, ujar sang Ibu sambil tersenyum. Pada saat itu, Sue tidak dapat menahan air matanya dan ia pun menangis sejadi-jadinya di pangkuan sang Ibu. “Ibu, maafkan aku” kata Sue sambil terisak.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk sebuah pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi, kepada orang yang sangat dekat kepada kita, khususnya orangtua kita, kita harus ingat bahwa kita hendaknya berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.

Renungan : Kita tidak boleh melupakan jasa orangtua kita. Sering kali kita menganggap pengorbanan mereka merupakan suatu proses alami. Tetapi, kasih dan kepedulian orangtua kita adalah sebuah hadiah paling berharga yang diberikan kepada kita sejak kita lahir. Mereka membesarkan kita tanpa mengharapkan balasan dari kita. Renungkan dan pikirkanlah mengenai hal ini. Apakah kita sudah menghargai pengorbanan tanpa syarat dari orangtua kita?

15 October 2010

AYAH SEJATI

• Ayah sejati menunjukkan kasih kepada anaknya (memeluk, mencium, memuji, dll).
• Ayah sejati berdoa untuk dan bersama anaknya.
• Ayah sejati menyediakan waktu untuk anaknya.
• Ayah sejati menegur, mengoreksi dan meneguhkan.
• Ayah sejati menghabiskan waktu bersama anaknya.
• Ayah sejati menyiapkan warisan untuk anaknya.
• Ayah sejati percaya kepada anaknya.
• Ayah sejati mendahulukan anaknya daripada pekerjaannya.
• Ayah sejati menjadi teladan bagi anaknya.
• Ayah sejati mendidik, mendisiplinkan dan membimbing.
• Ayah sejati mengasihi sepanjang waktu.
• Ayah sejati memberikan hidupnya untuk anaknya.
• Ayah sejati memberkati anaknya, bukan mengutuk.
• Ayah sejati adalah pahlawan bagi anaknya.
• Ayah sejati adalah anak bagi Bapa Surgawi.
• Ayah sejati mengenal TUHAN.
• Ayah sejati memberikan kepercayaan diri.
• Ayah sejati mengatur emosi anaknya.
• Ayah sejati menolong anaknya untuk mandiri.
• Ayah sejati memimpin dari ketergantungan kepada kemandirian.
• Ayah sejati memimpin dari kemandirian kepada ketergantungan.
• Ayah sejati menetapkan identitas.
• Ayah sejati menolong mengembangkan hubungan antar pribadi.
• Ayah sejati memberikan tujuan hidup.
• Ayah sejati menolong mengembangkan integritas.

05 October 2010

Pertolongan Yang Tepat

Baca: Mazmur 18:7-14

Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, kepada Allahku aku berteriak minta tolong; . . . teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya. —Mazmur 18:7

Di suatu program radio baru-baru ini, si penyiar berbincang dengan seorang pakar “manajemen krisis” tentang bagaimana seorang selebriti dapat mengangkat citranya yang buruk di mata publik. Pakar ini mengatakan bahwa salah satu kuncinya adalah mendekatkan diri dengan orang-orang yang dapat diandalkan sang selebriti untuk memulihkan citranya. Dengan kata lain, sangat penting untuk mendapatkan pertolongan yang tepat ketika kesusahan melanda.

Itu adalah nasihat yang bijaksana, karena inti dari manajemen krisis adalah mengakui bahwa kita tidak dapat mencapai segala sesuatunya sendirian. Ada sejumlah tantangan yang terlalu besar. Ada saja masalah yang terlalu berat. Di dalam masa krisis ini, sangat penting bagi kita untuk mendapatkan pertolongan. Itulah sebabnya, betapa leganya ketika mengetahui bahwa kita memiliki Pribadi yang paling dapat kita andalkan.

Raja Daud tahu tentang hal ini. Dalam Mazmur 18:7, ia menegaskan, “Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.” Tidak ada pertolongan yang lebih ampuh di saat kita membutuhkan daripada pertolongan yang diberikan Allah. Dia saja yang dapat menopang kita untuk melewati masa-masa pencobaan dan krisis hidup, dan kita dapat memegang janji-Nya bahwa Dia sekali-kali tidak akan membiarkan ataupun meninggalkan kita (Ibr. 13:5).

Saat krisis melanda, kita tidak perlu menghadapinya sendiri. Kita punya pertolongan yang tepat. Kita dapat bergantung pada Allah yang menjadi andalan kita yang terbaik. Bersandarlah pada-Nya. —WEC

Kala masalah membayangi langkahmu,
Jangan kau hadapi sendiri;
Carilah nasihat dari saudara seiman yang saleh,
Dan bawalah itu ke tahta Allah.
—Sper


Sumber : www.warungsatekamu.org