23 March 2011
Ayam Jantan di tengah badai
J.K Gresset mencatat dalam bukunya Pentacostal Evangel pengalaman seorang pria bernama Samuel S. Scull yang tinggal di padang gurun Arizona dengan istri dan anak-anaknya.
Suatu malam sebuah badai pedang gurun yang sangat dahsyat menghantam disertai hujan, hujan es dan angin kencang. Pada siang itu, setelah badai dahsyat tersebut terjadi, Scull dengan rasa sedih dan kuatir tentang apa yang mungkin ia temukan, ia pergi untuk melihat kerugian yang ia alami. hujan es telah menghancurkan kebun dan tempat truk yang telah rata dengn tanah; sebagian rumah tidak beratap lagi; kandang ayam telah hilang terbawa angin serta ayam-ayam yang mati tersebar dimana-mana. kehancuran dan kerusakan ada dimana-mana.
Sementara ia berdiri dan merasa pusing melihat kekacauan yang ada dan berpikir tentang masa depannya, ia mendengar suatu ribut dari tumpukan kayu yang merupakan sisa kandang ayam. Seekor ayam jantan sedang memanjat ke atas melalui reruntuhan dan ia tidak berhent memanjat hingga mencapai puncak papan tertinggi di tumpukan reruntuhan itu. Ayam jantan tua itu basah kuyup dan sebagian dari bulunya telah tercabut terbawa angin. Tetapi saat matahari muncul di kaki langit disebelah timur pada pagi harinya, ia mengepakkan sayap-sayapnya yang kurus dan dengan bangga berkokok seperti biasanya.
Saat pagi datang, mengapa ayam jantan yang telah babak belur dan tak berbulu itu tetap berkokok? Karena sifat alaminya adalah berkokok.
Angin kesukaran mungkin meniup habis kehidupan anda hari ini. Dunia anda hancur berantakan; tetapi jika anda memiliki Yesus dalam hidup anda, maka anda dapat bangkit dari reruntuhan hidup dan menatap matahari pagi dengan harapan baru. Mengapa? Karena sifat alami kita sebagai orang benar adalah bangkit kembali ketika terjatuh, dan Tuhan kita tidak akan membiarkan kita tergeletak begitu saja.
Jika anda mengalami badai kehidupan hari-hari ini, mari kita ingat pesan Paulus ini :
Siapakah yang akan memisahkan kita dari Kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Sumber: Immanuel Pub
Subscribe to:
Posts (Atom)