26 March 2010
Kesaksian Hidup
Semoga kesaksian ini membuka pikiran kita, Betapa Dia, Yesus yang Terkasih begitu dalamnya mencintai saya dan sobat.
Kisah nyata.
Dulu aku adalah orang nakal..
Tapi puji TUHAN, senakal-nakalnya aku, tidak pernah terjebak dalam pergaulan seks bebas,
Karena dalam hal ini aku berpikir panjang untuk melakukannya…..
Sungguh TUHAN baik,..
Dulu setiap perkataan yang keluar dari mulutku seperti orang yang tidak berpendidikan.
Jahat, kasar, kotor, tidak berbobot, Sering emosi, main tangan, suka adu mulut dan menyakiti hati orang. pergi ke club, diskotik, mencari perhatian orang diluar sana.
Dulu segala sesuatu dalam hidupku 90% jahat.
Tapi puji TUHAN, melalui 10% karakterku yang tidak buruk,
TUHAN masuk kedalam hatiku dan mengubah kehidupanku 180 derajat.
Hanya Hati yang mau di didik dan ditegurlah yang masih tinggal dalam kehidupanku dahulu
Awal pertobatanku
adalah waktu aku ketahuan oleh orang tuaku pergi ke club, orang tuaku kecewa bahkan menangis, ini menyadarkan aku bahwa aku telah mengecewakan mereka yang telah merawat aku dengan penuh kasih sayang.
Sejak kejadian itu aku berjanji untuk tidak pergi kesana lagi.
Tapi sifat dan karakterku yang buruk masih melekat erat dalam hidupku.
Sampai pada suatu hari, seorang teman yang aku anggap musuh mengajakku beribadah.
saat dia mengajak ku ke gereja, aku merasa tidak layak berhadapan dengan Yesus yang Mulia dan Kudus, aku menyadari aku begitu berdosa dan cemar.
Terlintas dalam benakku, aku tidak akan menginjakan kakiku di gereja.
Tapi karena paksaan temanku, akhirnya aku ikut kegerja (waktu itu aku berjanji pada diriku sendiri bahwa ini yang terakhir kali aku ke rumah Tuhan, karena perasaan malu terhadap TUHAN).
Sungguh Ajaib!
Waktu ibadah berlangsung aku merasakan KASIH dan SENTUHAN TUHAN,
Ada sesuatu yang hangat menyelimuti relung hatiku.
Bahkan saya percaya Roh Kudus sendiri yang berbicara padaku hari itu.
Dia berkata jelas telah mengampunku, “Jangan lakukan segala sesuatu yang jahat lagi, dan lain-lain”.
Banyak sekali yang TUHAN katakan ketika aku pergi kesana. Dari awal penyembahan samapai akhir aku hanya bisa menangis, menangisi Kasih Tuhan yang begitu besar untukku. berbicara berdua dengan TUHAN.sampai satu komitmen keluar dari mulutku, aku mau setia bertemu TUHAN setiap hari melalui SAAT TEDUH, dan setia beribadah setiap minggu digerejaku sekarang ini
GSJA Bandengan Selatan…
Singkat cerita aku ikut komsel,
dikomsel aku dididik, didisiplin, ditegur, diingatkan segala hal yang positif , dibangun dalam komunitas ini dari cara berbicara, etika dan sebagainya..
Dan puji TUHAN, sungguh melalui perjumpaan aku dengan TUHAN itu mengubahkan kehidupanku menjadi pribadi yang lebih baik lagi..
Sekarang aku sudah melayani sebagai PKS (Pemimpin Komunitas Sel), Singer (penyanyi), dan sedang di proses untuk menjadi Worship Leader (Pemimpin Pujian dan Penyembahan).
Puji TUHAN.
Sungguh, untuk berubah tidak ada kata tidak mungkin..
Sebab ketika kita berkomitmen untuk setia bertemu dengan TUHAN dalam SAAT TEDUH kita saja, itu suatu tahap dasar untuk membangun hidup kita menjadi pribadi yang benar.
Mustahil orang yang hidupnya intim dengan TUHAN hidupnya tidak berubah.
Butuh komitmen untuk mengubah segala sesuatu, dan TUHAN yang akan melihat kesetiaan kita itu.
Sekian Kesaksianku.
Sobat, luar biasa bukan?? Tuhan kita Heran dan ajaib.
Jika saat ini iman sobat sedang goyah, ingat kembali bagaimana TUHAN memproses hidupmu, mengambil kita dari lumpur dosa, membersihkan pelanggaran-pelanggaran kita dengan TanganNYA sendiri.
Jangan pernah merasa sobat merasa tidak layak.
Percayalah, Tangan TUHAN TERBUKA LEBAR untuk memeluk sobat.
Saya berdoa sungguh-sungguh, semoga kesaksian ini menjadi berkat dan awal pemulihan dari hubungan kita dengan Tuhan, amin
Salam Kasih, Tuhan Yesus Memberkati :)
24 March 2010
KOMITMEN LEBIH KUAT DARI CINTA
Hampir semua orang mengerti apa itu 'CINTA'.
Cinta merupakan salah satu bentuk emosi yang dimiliki manusia selain sedih, marah, sukacita, bahagia, benci, dendam, kecewa, dan sebagainya.
sama dengan emosi yang lain, Cinta juga tidak bertahan lama,
Mengapa? karena dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses pembelajaran. Padahal orang selalu berharap untuk memiliki CINTA selamanya.
tetapi
KOMITMEN adalah suatu janji pada diri kita sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam tindakan kita. Oleh karena itu, janji harus dipertahankan sampai akhir. Setiap orang dari kecil sampai dewasa pastilah pernah membuat komitmen, meskipun terkadang komitmen itu seringkali tidak diucapkan dengan kata-kata. Seiring bertambahnya usia seseorang, maka komitmen yang ada semakin berkembang dalam penerapannya.
Lalu, mengapa komitmen bisa lebih kuat daripada cinta?
Dengan berjalannya waktu, sepasang suami istri yang sudah lanjut umurnya tidak lagi hidup bersama dilandaskan dengan cinta melainkan dengan Komitmen.
Cinta dapat pudar seiring waktu.
Komitmen yang membuat seorang suami tetap mengatakan istrinya cantik waktu sang istri memakai gaun dan berdandan sangat cantik, maupun hanya memakai daster.
Komitmen yang memampukan seorang suami tidak akan pernah selingkuh sewaktu istrinya sedang hamil selama 9 bulan.
Komitmen yang membuat seorang istri tetap tersenyum sewaktu suaminya pulang lebih awal maupun pulang larut malam.
Komitmen yang memampukan seorang istri tetap melayani suaminya dengan baik. menyediakan air hangat untuk suaminya ketika pulang kerja, walaupun ia juga lelah.
Komitmen yang membuat seorang anak tetap mematuhi perintah orang tuannya, meskipun bertentangannya dengan paradigmanya.
Komitmenlah yang membuat sang anak tidak mengeluh ketika mencicipi masakan ibunya yang kurang bumbu, ataupun sebaliknya.
dengan Komitmen kepada Tuhan, seorang wanita mampu Tersenyum meskipun beban begitu berat berada dipundaknya
Lewat Komitmen kepada Tuhan, seorang Pria mampu lepas dari dosa keterikatan
Komitmen yang membuat manusia mampu bertahan melakukan tanggung jawabnya dengan penuh loyalitas.
KOMITMEN LEBIH KUAT DARI CINTA
22 March 2010
I'm forever yours - Planet Shakers
I give my all to you
Send me and i will go for you
To the ends of the earth
I'll follow after you
I want the world to know
Your love endures forever
Tell me and i'll obey
This is far greater than sacrifice
Trusting you and not myself
Will always lead to blessing
Lord have your way in me
Not my will, yours be done
Here i stand within your presence
Longing for your touch
A thousand days cannot compare
To one day in your courts
Hold me now
And never ever let me go
My jesus, my precious saviour
I'm forever yours
I will worship you forever
I will worship you
Translete
Aku berikan seluruh yang ada padaku kepadaMu
Kirim aku dan aku akan pergi untukMu
Sampai ke ujung bumi
Aku akan mengikutiMu
Aku ingin dunia tahu
CintaMu tetap untuk selamanya
Katakan padaku dan aku akan taat
Ini jauh lebih besar dari sekedar pengorbanan
MempercayaiMu dan bukan pribadiku
Akan selalu menghasilkan berkat
Engkau memiliki rencana atasku
Bukan kehendakku, melainkan kehendakMu
disini aku berdiri dalam hadiratMu
menunggu sentuhanMu
Seribu hari tidak dapat membandingkan
Satu hari pada waktu penghakiman
pegang aku sekarang
Dan jangan pernah biarkan aku pergi
Yesusku, penyelamat berhargaku
Aku milikmu selamanya
Aku akan menyembahMu selamanya
Aku akan menyembahMu
http://www.youtube.com/watch?v=P5_KLnqYJ0s&feature=related
19 March 2010
DOA IBUKU
"Tuhan, kalau anakku sembuh, saya serahkan hidupnya kedalam tangan-Mu. Amin"
Itulah doa yg terlontar dari mulut ibuku ketika begitu banyak penyakit menyerangku.
Sedari aku masih bayi tubuhku memang tidak sekuat orang lain, seringkali demam atau penyakit-penyakit kecil datang menyerangku.
cuaca yang terlalu panas dapat membuat kepalaku seperti tertusuk-tusuk.
Terkena hujan sedikit pilek dan demam mendatangiku.
Aku juga tidak bisa bekerja dan belajar terlalu keras, karena pasti demam tinggi menyerangku.
sampai pada tahun 2005, diumurku yang ke-16, aku diperhadapkan dengan 3 penyakit sekaligus.
usus buntu, Tipes, dan trombosit yang tinggi.
ini menyebabkan tubuhku sangat lemah dan berat badanku turun drastis, aku harus menjalani perawatan medis di rumah sakit.
Waktu itu aku baru menyelesaikan program SPK/Saya Pengikut Kristus (sekarang menjadi BeDA/Berjumpa dengan Kristus) dan akan segera di baptis selam.
Tetapi sulit bagiku untuk mendapat izin dari ibuku, ibu keukeh pada pendiriannya bahwa selama anak-anaknya masih diasuh olehnya, semua anaknya tidak boleh baptis selam, entah alasannya apa, tetapi aku terus berdoa dan berharap supaya aku diberi izin.
Sampai sakit menimpa aku dan harus menjalani perawatan di rumah sakit-lah yang membuat ibuku akhirnya mengizinkan aku di baptis selam, Ibu memberi izin asalkan penyakitku disembuhkan-Nya.
selang beberapa bulan tubuhku pulih, bahkan sampai detik ini tubuhku sangat sehat. Tidak ada lagi tubuh yang lemah, anugrah kesehatan melimpah atas hidupku.
Kuasa Doa ibuku dan imanku yang menyelamatkanku.
Sobat,
Cerita diatas hanya sebagian kecil dari kasih yang kudapat dari ibu.
Doa-doa ibu yang membuatku kuat, tidak pantang menyerah, dan terlindung dari pada yang jahat.
"Di doa ibuku, namaku disebut. Di doa ibuku dengar ada namaku disebut."
Sejak hari itu, aku tidak lagi sakit-sakitan.
aku dapat melayani dari pagi hingga sore, lalu hang-out dengan teman-teman sepelayananku ketika selesai ibadah dan melayani.
Aku tersadar saat salah seorang temanku berkata : "Baterai kamu ga habis-habis ya." (maksudnya aku tidak lelah seharian beraktivitas).
Mungkin diantara sobat pernah mengalami sakit yang lebih parah dari yang kualami.
percayalah seberat apapun masalah hidupmu, separah apapun sakit yang sobat hadapi, ADA IBU YANG SELALU MENJAGA KITA DENGAN DOA-DOANYA.
Jangan sakiti ibumu dengan perkataan maupun perbuatanmu.
Salam Kasih, Tuhan memberkati :)
18 March 2010
I CAN
When I was in the womb, I do not know if I can get out of my mother's womb and see the world larger than the previous mine.
I found that I could.
When I do not know if I can talk, walk, and even ran into my mother's arms.
I found that I could.
When I wondered whether I could read, write & count as my friends.
I found that I could.
I thought I would not be able to leave school with satisfactory results.
I found that I could.
when I thought I was not able to get a friend in my life.
I found that I could.
when I experienced the reality really hard to accept, I think I'm not going to survive.
I found that I could.
One time I was not able to fold my hands to pray.
I found that I could.
This knee when it is not able to kneel and surrender to Him,
I found that I could.
I think it was this body can not dance, this mouth can not cheer, it's hard hand raised, and the foot is difficult leap to PRAISE AND WORSHIP JESUS.
I found that I could.
Dude.
Human beings are not designed to FAIL, but instead, Man in the design to SUCCEED.
Humans have an extraordinary power.
see how humans can create things that are new, medical science is increasingly sophisticated, access to interact with each other more closely,
between the north pole to south pole seemed so close, we can obtain accurate information in just seconds.
In fact, many of us who do not realize how perfect God created us.
I CAN!!
Exercise paradigm pal to say those words, push your heart from self-distrust. rose from a weak soul, train your body to rise from failure.
REMEMBER!
Failure thousand times will be erased by a one-time success!
Greetings Love, the Lord Jesus bless:)
16 March 2010
Jim Caviezel, Pemeran Tuhan Yesus dalam film "THE PASSION OF JESUS CHRIST"
Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film “The Passion Of Jesus Christ”. Berikut refleksi atas perannya di film itu.
JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN2 KECIL DALAM FILM2 YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA (SEBELUM THE PASSION) ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJUDUL “ THE THIN RED LINE”. ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU.
Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.
“Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah…, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.
Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, “Hallo ini, Mel”. Kata suara dari telpon tersebut. “Mel siapa?”, Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu actor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.
Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.
Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai actor di Hollywood.
Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.
Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. “Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?” Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di “Thin Red Line”. Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!
Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banya referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.
Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunanNya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan denganNya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.
Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.
Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran munkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.
Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu.
Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.
Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.
Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.
Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.
Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.
Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.
Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya.
Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri.
Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar!” (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi disini).
“Apa yang telah terjadi?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.
Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, “Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan”? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.
Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri.
Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.
Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa.
Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda. Amin.
15 March 2010
Anak-Ku, Aku Mengasihimu
Sewaktu aku masih bersekolah di Taman Kanak-kanak.
Ibuku yang mengasihi Tuhan, kala itu membeli sebuah gambar Seorang yang sangat terkenal, orang banyak menyebut-Nya Tuhan Yesus.
Ibu sering menceritakan siapa Tuhan Yesus itu & mengajarkanku cara berdoa.
Namun, hal itu tidak mengurangi rasa takutku waktu aku memandangi wajah dalam gambar itu.
Menjelang sore, waktunya berkumpul bersama keluarga, aku selalu enggan berkumpul bersama keluargaku sendiri, aku lebih memilih duduk sendirian di lorong (sebelah ruang tamu, menuju ke kamar).
Entah mengapa, seringkali ketakutan menyergap jiwaku kala itu aku masih berumur 4 tahun.
Ya, pikiranku saat itu, wajah di dalam gambar itu menyeramkan, dengan rambut-Nya yang panjang dan seolah-olah Dia selalu "Mengawasiku" kemanapun aku melangkah dan apapun yang aku kerjakan.
Sampai semuanya itu berubah.
Suatu malam di hari persiapan acara natal yang diadakan disekolahku,
Entah antara bermimpi atau setengah sadar, yang pasti sepertinya sangat nyata bagiku saat itu,
Ada suara dari arah ruang tamu memanggilku dengan sangat sangat, sangat lembut. Kupikir ayahku yang memanggil. tanpa berbicara sepatah kata, aku memberanikan diri keluar dari kamar menuju ruang tamu.
Alangkah terkejutnya aku saat aku melihat Seseorang yang rupa-Nya begitu mirip dengan gambar yang selama ini aku takuti. Tetapi, ajaibnya saat itu aku tidak merasa ketakutan sama sekali.
Aku masih sangat ingat, kala itu Tuhan Yesus sangat bersinar dengan jubah putih-Nya,
Tersenyum lebar seraya memanggil namaku: "Dian jangan takut lagi. Aku, Tuhan Yesus sangat mengasihimu".
Dia merentangkan tangan-Nya lebar-lebar, aku berlari ke arahNya dan memelukNya dengan erat. Tak ada kata-kata yang terucap sama sekali dari bibir mungil saat itu, yang ada hanya perasaan damai dan sukacita yang luar biasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
This is the true story of my life
Aku teringat ketika Allah memanggil Samuel:
Lalu TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya, bapa. " Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia tidur. Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuelpun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali." Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Iapun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang memanggil anak itu. Sebab itu berkatalah Eli kepada Samuel: "Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar." Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya. Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar."
(1 Samuel 3:4-10)
Sobat, Tuhan tidak pernah salah menciptakan dan memanggilmu sebagai anak-anak-Nya.
Jangan pernah takut dan merasa tidak layak sewaktu kita kedapatan berbuat dosa.
datanglah & akuilah serta berjanjilah untuk tidak melakukannya hal yang sama lagi.
percayalah. Dia, Allah yang penuh kasih itu akan membuka tangan-Nya lebar-lebar seraya tersenyum dan berkata: "Aku Mengasihi-Mu, anak-Ku"
salam kasih, Tuhan Memberkati :)
13 March 2010
ANDA BERHARGA DI MATA TUHAN
Author Unknown
Badannya gemuk dan tingginya di bawah rata-rata, wajahnya tidak tampan. Ia bukan orang yang kaya raya juga bukan
orang yang punya kepandaian khusus. Jalannya agak pincang, dan suaranya pun sumbang untuk menyanyi. Sebut saja
ia bernama Milo.
Sehari-hari ia bekerja sebagai pegawai sebuah toko buku dengan gaji yang tidak seberapa. Milo sudah hampir berumur
40 tahun, ia kadang merasa fustasi karena ia belum punya pacar hingga saat ini, Ia kadang merasa Tuhan tidak adil
baginya menciptakan dirinya seperti itu, tidak ada wanita-wanita yang mengelilinginya karena mengaguminya, tidak ada
kelimpahan harta padanya, atau orang-orang yang memujinya karena kehebatannya.
Suatu ketika, pulang dari tempat bekerja melewati lorong yang gelap, seorang pria tinggi besar menghadangnya.
Wajahnya tidak nampak jelas karena gelapnya malam. Pria itu menodongkan sebuah pisau pada dadanya "Serahkan
uangmu kalau mau selamat" ujarnya dengan nada suara berat. "Anda menginginkan uang saya? ambillah semuanya"
katanya dengan tenang. Pria itu membiarkan Milo mengambil uangnya, diserahkan semua uangnya ke tangannya. Sikap
Milo nampak tenang sekali.
"Anda tidak takut kalau aku membunuhmu disini?" tanya pria itu. "Oh, tentu tidak. TIdak ada yang berharga pada
diriku, sekalipun aku harus memberikan nyawaku aku tidak takut" ujarnya dengan tenang.
Menghadapi sikapnya yang tenang, pria itu makin penasaran dan pelan-pelan menurunkan pisaunya. "Anda tidak takut
mati? " tanya pria itu lagi. "Saya tidak takut mati, saya tidak memiliki apapun di dunia ini. Saya milik Tuhan, jika anda
membunuh saya maka anda mengembalikan saya kepada Tuhan.
"Anda orang Kristen?" tanya pria itu. "Tepat, bagaimana anda bisa tahu?" tanya Milo. Pria itu akhirnya
memperkenalkan diri. Milo lalu mengajaknya duduk di sebuah anak tangga dari took yang telah tutup. "Aku seorang
preman, aku pernah membunuh belasan nyawa. Dulu aku orang Kristen, Ayahku dulu sering sekali memukul ibuku dan
juga anak-anaknya hingga kami hidup dalam kekerasan. Ia sering mabuk dan aku pernah hampir dibunuhnya, selain ia
tidak punya pekerjaan tekanan hidup menjadikan aku seperti ini." Kemudian lanjutnya lagi " Baru kali ini aku menemui
orang yang tidak takut padaku" ujarnya.
TIba-tiba air mata meleleh dari kedua pipinya, "Seumur hidupku baru pertama kali aku menangis. Aku tidak tahu
kenapa, aku seperti orang bodoh menangis di hadapanmu."
Kasih Tuhan terus menyinari malam hari itu. "Kamu pasti lapar, aku punya makanan untukmu" ujar Milo sambil
mengeluarkan roti dari tasnya dan memberikan padanya. "Aku melihat ada suatu kekuatan yang begitu kuat keluar dari
dirimu, menarik aku kembali pada suatu tempat dimana aku dulu pernah berada"
Pria itu adalah orang yang paling ditakuti di tempat tersebut, reputasinya sebagai sebagai pembunuh belum ada
tandingannya. Bagaimana mungkin orang seperti Milo bisa membuat hatinya luluh? Malam itu ia bertobat dan apa yang
terjadi? Banyak dari anak buahnya yang akhirnya bertobat dan kembali pada jalan kebenaran.
Pernahkan anda merasa tidak berharga? Tidak punya kelebihan apa-apa. Anda merasa fisik anda tidak menarik, anda
juga merasa tidak punya harta apa-apa yang bisa diberikan. Tuhan tidak pernah menciptakan kita tanpa maksud. Anda
mungkin berkata "Tuhan. Apa saya seperti ini bisa dapat jodoh? apa saya layak melayaniMu? Apa saya bisa berhasil? "
Semua adalah mungkin bagi Tuhan.
Pernahkah anda membanding-bandingkan diri anda dengan kelebihan orang lain, lalu anda merasa minder? Saudara
terkasih, apapun keadaan anda TUhan begitu mempedulikan anda. Sekalipun pelayanan anda mungkin hanya seorang
penyapu halaman gereja, Anda tetap seorang yang hebat di mata Tuhan. Jangan pernah bersedih hati, kalau mungkin
anda mempunyai cacat fisik. Jangan putus asa kalau orang tidak mengganggap keberadaan anda. Anda sama
berharganya dengan ciptaanNya yang lain.
Ketahuilah, Anda begitu berharga dimataNya, sehingga Ia begitu tidak ingin kehilangan anda.
Yesaya 43;4 --> " Oleh karena engkau berharga di mataKu, dan mulia, dan Aku mengasihi engkau"
123 Hal yang Membuat Kaum Pria Meneteskan Air Mata
Ada sedikitnya tiga hal yang dapat membuat kaum pria meneteskan air mata, yaitu: cinta, dosa, dan wanita.
(Dito Anurogo)
Cowok kok nangis? Malu, dong… Ah siapa bilang? Sst… kalau kamu mau tahu apa saja yang bisa membuat lelaki itu menangis, bersedih hati, terluka, atau kecewa, bacalah artikel ini sampai selesai.
– ** 00 ** –
Nah… inilah 123 hal yang membuat pria meneteskan air mata, atau setidaknya membuat hatinya tersayat, teriris, terluka-pedih….
Sosok pria sebagai seorang ayah, ia akan menangis, berduka, terluka, sedih, atau kecewa jika:
-
Ada pria lain, selain dirinya, di hati istri yang amat dicintainya.
-
Ia ditinggalkan sendirian oleh anak dan istrinya.
-
Ia tidak pernah dianggap ada oleh keluarganya.
-
Kedatangannya disambut dengan omelan, berbagai macam pertanyaan penuh kecurigaan, atau muka masam dari istri dan/atau anak-anaknya. Sepantasnya seorang istri menyambut suami dengan sapaan nan lembut, senyuman yang mesra, dengan pakaian yang memesona.
-
Istrinya diketahui selingkuh atau “ada main” dengan pria lain.
-
Ia tidak mampu memberikan uang jajan untuk putra/i yang dicintainya.
-
Ia tidak mampu memberikan atau membelikan yang terbaik untuk istri dan anak-anaknya.
-
Ia masih tergantung dengan orang tuanya, terutama dalam segi materi.
-
Ia teringat dengan masa lalunya yang begitu menyenangkan, dan sekarang ia merasa begitu menderita.
-
Jika masa lalunya begitu kelabu, ia akan menyesalinya mengapa ia seperti itu, sehingga… kini ia berjanji untuk bertaubat agar lembaran kehidupan menjadi putih berseri.
-
Ia dimasukkan oleh anak-anaknya ke panti jompo setelah ia tidak lagi mampu berbuat apa-apa.
-
Ia dibantah anak-anaknya dengan cara yang begitu kasar.
-
Anak-anaknya yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang membencinya ketika mereka (beranjak) dewasa.
-
Anak-anaknya menjadi pembangkang, nakal, bandel, sulit diatur. Intinya adalah anak-anaknya menjadi orang yang kurang/tidak cerdas baik dari segi IQ (intelektual), EQ (emosional), SQ (spiritual), maupun AQ (adversity quotient).
-
Anak-anaknya hanya mau hartanya saat ia ada, bahkan sampai berebut warisannya setelah ia tiada.
Sosok pria sebagai seorang anak, balita, anak kecil, atau remaja ia akan menangis, bersedih, terluka, berduka, atau kecewa jika:
-
Kehadirannya di dunia ini ternyata tidak dikehendaki oleh orang tuanya.
-
Ia dikatakan sebagai anak haram, anak durhaka, anak yang tak tahu balas budi, anak kurang ajar, anak yang tak tahu berterimakasih, dan sebutan lainnya yang tak pantas.
-
Ia tidak dibelikan mainan atau sesuatu yang diinginkannya.
-
Ia merasa haus.
-
Ia merasa lapar.
-
Ia merasa atau melihat orang tuanya tidak harmonis, sering cekcok, sering bertengkar.
-
Ia dijauhkan dari sesuatu (baik barang, benda, mainan, maupun eseorang) yang disukai atau dicintainya.
-
Ia merasa kemauan/keinginannya tidak dipenuhi oleh orang tuanya.
-
Ia dimarahi, terutama hanya gara-gara masalah kecil/sepele.
-
Ia dibentak-bentak.
-
Ia terlalu dibatasi dan dikekang.
-
Ia dilarang bergaul dengan lawan jenis, hanya karena alasan takut dengan pergaulan bebas. Solusinya: orang tua memberitahu cara-cara bergaul yang agamis dan dinamis.
-
Ia dilarang melakukan sesuatu dengan alasan kasihan atau sayang. Sering kita mendengar orang tua berkata, “Melarang itu berarti tanda sayang.” Tidak dalam semua hal ungkapan ini benar.
-
Ia tahu orang tuanya terlilit hutang, atau ada masalah yang tak mudah untuk dipecahkan.
-
Ia tahu orang tuanya terlibat dalam masalah kriminal.
-
Ia dipaksa menikah, atau dijodohkan orang tuanya dengan seorang gadis yang tidak dicintainya, atau dijodohkan dengan seorang wanita demi memenuhi ambisi, keinginan, kemauan orang tuanya, misalnya: mempertahankan kerajaan bisnis keluarga, demi reputasi-popularitas, demi kekayaan dan kejayaan, dsb.
Sosok pria sebagai seorang kekasih, ia akan menangis, atau setidaknya terluka, kecewa, bersedih hati, jika:
-
Ia tidak bisa membahagiakan wanita yang dikasihinya.
-
Kehadirannya sama seperti ketiadaannya.
-
Ia tidak bisa membuat wanita yang disayanginya tersenyum bahagia dan wajahnya berbinar ceria.
-
Wanita yang dicintainya (ternyata) tidak mencintainya dengan sepenuh hati, atau hanya mencintainya dengan separuh hati.
-
Kekasihnya berpaling ke lain hati, mencari kehangatan lelaki lain, mencari pelukan lelaki lain.
-
Wanita yang dipujanya (diam-diam) mengagumi, memuji-muji, memuja kelebihan cowok lain, terlebih di depan matanya sendiri, lalu memandang rendah dirinya.
-
Wanita idaman hatinya hanya mencintai hanya saat memerlukannya, jika tidak sedang butuh… wanita itu berpaling ke pria lain.
-
Ia melihat wanita yang dikasihinya sedang bermesraan, bergandengan tangan, berciuman, dan/atau berselingkuh dengan pria lain.
-
Ia dibanding-bandingkan dengan pria lain, terutama dalam masalah status, pekerjaan, dan… uang (harta).
-
Ia merasa dikhianati oleh wanita yang begitu dikaguminya dikasihinya, disayanginya, dan dicintainya.
-
Ia ditinggalkan, dicampakkan, ditelantarkan, atau ditinggal pergi begitu saja, diputuskan secara sepihak oleh wanita yang amat dicintainya.
-
Ia (merasa) dicintai oleh wanita yang salah, pada saat yang salah (di waktu yang tidak tepat), dan di tempat yang salah.
-
Ia setia, namun kekasihnya tak setia.
-
Cinta wanita kepadanya dihiasi dengan kepalsuan. Maksudnya, wanita itu mencintainya karena ia memiliki harta, kedudukan, popularitas. Singkatnya, wanita itu mau dan mencintai karena sang Pria “memiliki dunia”. Setelah semuanya tiada, pria itu ditinggalkan begitu saja.
-
Cinta wanita kepadanya dibingkai dengan kehampaan. Maksudnya, wanita itu hanya berpura-pura saja mencintainya, atau menjadikan dirinya semata hanya sebagai pelampiasan, pelarian, pelabuhan sementara. Ungkapan “Dalam dunia percintaan, kepura-puraan adalah hal yang amat menyakitkan!” terasa kebenarannya.
-
Ia terlalu dikekang atau diatur oleh kekasihnya.
-
Ia harus selalu menuruti atau membenarkan semua kemauan, keinginan, saran, nasihat, pendapat dari wanita yang amat dicintainya.
-
Wanita yang disayanginya berubah menjadi baik hanya jika “ada maunya”.
-
Ia melihat wanita yang amat dicintainya sedang menangis atau bersedih hati.
-
Ia tidak bisa membantu wanita yang dikasihinya saat wanita tersebut benar-benar memerlukan pertolongannya.
Sosok pria sebagai seorang pengajar, guru, dosen, atau tutor, ia akan menangis atau bersedih hati jika:
-
Ia tidak bisa membuat muridnya memahami atau mengerti apa yang diajarkannya.
-
Ia menyaksikan muridnya gagal dalam ujian, tidak lulus dalam mata pelajaran/kuliah yang diberikannya. Kesedihan ini akan terasa begitu mendalam jika murid-muridnya gagal di dalam menghadapi “ujian Kehidupan”.
-
Ia melihat muridnya gagal dalam hidup dan kehidupannya.
-
Ia tidak bisa membuat muridnya lebih baik dari dirinya.
-
Ia tidak bisa membuat muridnya lebih pandai dari dirinya.
-
Ia tidak bisa membuat muridnya lemah lembut dalam bertutur kata, dewasa dalam bersikap, arif dalam memilih, dan bijaksana dalam memutuskan.
-
Ia melihat atau mendengar muridnya terlibat di dalam dunia hitam, seperti: kasus asusila, narkoba, kriminal, dsb.
-
Ia melihat muridnya menjadi sosok yang dijauhi masyarakat, seperti: koruptor (berdasi), pengusaha yang curang, buronan, pelacur, dsb.
-
Apa yang diajarkannya hanya dihafalkan sebatas teori dan tidak diaplikasikan di dalam kehidupan nyata.
-
Apa yang diajarkannya disalahgunakan, atau dengan kata lain, ilmu yang diajarkannya digunakan untuk kejahatan.
Sosok pria sebagai seorang pelajar/mahasiswa ia akan menangis, kecewa, dan/atau bersedih hati jika:
-
Ia dipaksa masuk ke jurusan yang sebenarnya kurang/tidak disukainya. Contoh kasus: orang tuanya ingin agar ia jadi dokter, sehingga ia dimasukkan ke fakultas kedokteran. Padahal sebenarnya ia ingin menjadi pebisnis yang hebat.
-
Ia tidak lulus ujian.
-
Ia gagal diterima di sekolah pilihannya.
-
Ia dikatakan atau dianggap bodoh oleh guru/dosen atau teman-temannya.
-
Ia tidak diterima di dalam pergaulan dengan teman sebayanya.
-
Ia dilarang tahu banyak hal oleh guru/dosennya, atau dikatakan belum saatnya kamu tahu tentang hal ini, padahal sebenarnya ia ingin menjadi ahli dalam hal itu.
-
Ia seorang pelajar/mahasiswa yang berprestasi dan berbakat, namun kurang/tidak didukung oleh sarana-prasarana dan fasilitas yang memadai.
-
Pemikiran atau pendapatnya (yang telah sesuai dengan berbagai literatur terbaru dan terpercaya) disalahkan, tidak diterima, diacuhkan begitu saja hanya gara-gara ia belum senior, masih belum bergelar, dsb.
-
Karya tulisnya diplagiat (dijiplak, ditiru seluruhnya, di-copy paste) oleh orang lain.
-
Ia dianggap orang yang aneh dan unik hanya gara-gara perilakunya, perkataanya, pemikirannya, pendapatnya aneh dan unik juga.
Sosok pria sebagai seorang pemuka/tokoh agama ia akan menangis, kecewa, dan/atau bersedih hati jika:
-
Dirinya sendiri ternyata jauh dari Allah, atau belum sepenuhnya menjalankan perintah agama yang dianutnya.
-
Putra/putrinya sulit diatur, sukar dinasihati, tidak bersikap sesuai ajaran agama.
-
Ia melihat umatnya bergelimang di dalam dosa dan kemaksiatan.
-
Ia tidak bisa membuat jamaah/gembalanya menjadi lebih baik dan lebih tercerahkan hidupnya.
-
Ayat-ayat kitab suci tidak diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari.
-
Tempat ibadah hanya sebagai simbol atau pelengkap, tidak dimakmurkan, tidak digunakan, dan tidak dimaksimalkan fungsinya.
-
Ibadah hanya dilakukan sebatas ritual atau seremoni rutin belaka.
-
Banyak orang yang melakukan kejahatan atas nama agama dan Tuhan.
-
Banyak orang yang saling membenci, bermusuhan, bertikai, membeda-bedakan hanya karena berbeda agama.
-
Agama (termasuk ayat-ayat dari kitab suci) hanya digunakan sebagai topeng, kedok, atau senjata yang memudahkan atau memuluskan jalan untuk mencari popularitas/uang, meraih jabatan, melangsungkan pernikahan, melanggengkan bisnis, dan semata demi kepentingan duniawi.
-
Agama dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Inilah yang mengakibatkan berkembangnya paham sekuler dan hedonisme.
-
Ada orang yang mengaku sebagai orang suci, utusan Tuhan, atau Nabi.
-
Ada orang yang menjual diri demi sesuap nasi.
-
Ada orang yang rela menukar keyakinan agamanya demi memperoleh kesenangan/nikmat duniawi.
-
Ada orang yang tidak beragama, atau tidak yakin sepenuhnya kepada (kasih sayang) Allah.
Sosok pria sebagai seorang kepala negara, pemimpin, atau pejabat (yang ideal dan berhati nurani) ia akan menangis, kecewa, bersedih hati jika:
-
Pornografi, pornoaksi, dan semua hal yang bersifat porno dan asusila begitu merebak serta meracuni berbagai sendi kehidupan dan merusak generasi muda di negeri ini.
-
KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) masih ada dan merajalela di negeri ini.
-
Ia tidak dapat berlaku adil kepada rakyatnya.
-
Biaya pendidikan mahal dan tak terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
-
Berbagai fasilitas, sarana dan prasarana kesehatan tidak dapat dinikmati oleh semua warga negara.
-
Sumber daya alam negeri ini dikuasai oleh investor asing.
-
Kemiskinan dan pengangguran masih melanda negeri ini.
-
Keputusannya membawa penderitaan atau menyengsarakan banyak orang.
-
Negeri ini masih saja “dijajah” atau “dikuasai” oleh bangsa asing. Bentuk-bentuk penjajahan modern dapat berupa: ekonomi, budaya, ideologi, hiburan (entertainment), teknologi, komunikasi, dsb.
-
Banyak kaum muda yang bermalas-malasan, tidak produktif, konsumtif, dan hanya sebagai penganut hedonisme dan korban teknologi modern.
-
Negeri ini menjadi sasaran teroris, sarang teroris, disebut teroris, atau menjadi korban dari terorisme global.
Sosok pria sebagai seorang sahabat sejati, ia akan menangis, bersedih hati, terluka, atau kecewa jika:
-
Dikhianati, terutama oleh orang-orang terdekatnya.
-
Dimanfaatkan oleh siapapun dalam bentuk apapun.
-
Tidak ada seorangpun yang menolongnya saat ia memerlukan bantuan.
-
Diputuskan, diasingkan, dikucilkan dari pergaulan tanpa sebab atau alasan yang jelas.
-
Difitnah secara keji, terutama oleh orang yang selama ini dipercayainya.
Sosok pria sebagai “musuh Tuhan”, teroris, atheis, penjahat, atau koruptor, ia akan menangis, bersedih hati, terluka, atau kecewa jika:
-
Banyak orang yang bertaubat dan dekat dengan Allah.
-
Banyak wanita yang menutupi auratnya, berjilbab, dan menjaga kesucian serta harga dirinya.
-
Para pejabat menjadi jujur, tidak lagi mau disuap, diberi gratification.
-
Birokrasi di negeri ini menjadi begitu cepat dan dipermudah.
-
Supremasi hukum ditegakkan, sehingga semuanya sama dihadapan hukum.
Sosok pria sebagai seorang petani, ia akan menangis, bersedih hati, terluka, atau kecewa jika:
-
Hasil panennya kurang menggembirakan dan tidak begitu melimpah, sehingga hasilnya tidak dapat mencukupi kebutuhan dirinya dan keluarganya.
-
Hama (wereng, tikus, dsb) merusak sawah ladangnya, sehingga gagal panen.
-
Harga pupuk mahal.
Sosok pria sebagai seorang nelayan, ia akan menangis, bersedih hati, terluka, atau kecewa jika:
-
Hasil tangkapannya sedikit, sehingga tidak bisa untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya.
-
Harga bahan bakar, terutama solar, menjadi mahal.
-
Gelombang laut pasang, sehingga ia tidak bisa melaut seperti biasa.
Sosok pria sebagai seorang pedagang, pengusaha, pebisnis, ia akan menangis, bersedih hati, terluka, atau kecewa jika:
-
Mengalami kebangkrutan yang sampai mengakibatkan dirinya harus memulai lagi dari awal atau dari nol.
-
Tidak ada yang menggantikan dirinya atau mewarisi usahanya.
-
Terjadi resesi dan krisis global, sehingga harga bahan baku menjadi tak terjangkau.
Sosok pria sebagai seorang peneliti, ilmuwan, cendekiawan, ia akan menangis, bersedih hati, terluka, atau kecewa jika:
-
Hasil penelitiannya tidak dapat bermanfaat bagi umat manusia.
-
Ia dipersulit atau tidak diberi fasilitas, dana, bantuan untuk melakukan risetnya.
-
Perhatian serta apresiasi masyarakat dan pemerintah amat kurang di bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal majunya suatu negara salah satunya adalah karena pengembangan riset dan teknologi.
-
Kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya kurang/tidak diperhatikan, diabaikan begitu saja oleh negara/pemerintah, sementara pikiran, waktu, dan tenaganya “diperas” untuk terus meneliti dan berkarya.
Sosok pria yang berprofesi sebagai seorang penulis, sastrawan, seniman, budayawan, pekerja seni, perupa, musisi, fotografer, programmer, dan juga profesi lainnya (terutama di bidang sastra dan seni budaya) yang belum tersebut di artikel ini, ia akan menangis, bersedih hati, terluka, atau kecewa jika:
-
Tidak ada atau kehabisan ide untuk memulai berkarya. Atau mengalami kebuntuan ide di tengah-tengah berkarya, yang menyebabkan karyanya tidak dapat terselesaikan dengan sempurna.
-
Ide atau hasil karyanya dibajak, disalahtafsirkan, tidak diapresiasi secara layak, atau tidak diakui sebagai suatu karya (bercitarasa seni).
-
Hasil karyanya dinilai rendah atau dihargai amat murah, tidak sesuai dengan kualitas, mutu, atau nilai karya itu yang sebenarnya.
Perlu diketahui, minimnya bantuan, dukungan, dan perhatian pemerintah di bidang sastra dan seni budaya telah membuat negeri ini kehilangan jatidirinya sebagai negeri yang berbudaya adiluhung.
– ** 00 ** –
Demikianlah telah kami uraikan 123 hal yang membuat pria meneteskan air mata. Semoga bermanfaat.
The last but not least, pesan untuk kaum wanita… jangan coba-coba ya… mempermainkan, menyakiti (hati) kami, membuat kami, kaum pria, menangis, berduka, bersedih, atau kehilangan harapan…. sehingga pepatah “no women no cry” tak lagi berlaku. OK?
Karya ini dilindungi oleh hak cipta
Copyright © 2009
By: Dito Anurogo
All right reserved
+++ WANITA +++
Mereka tersenyum ketika mereka ingin menjerit.
Mereka bernyanyi ketika mereka ingin menangis.
Mereka menangis ketika mereka bahagia dan tertawa ketika mereka gugup
Mereka berjuang untuk apa yang mereka yakini
Mereka berdiri untuk ketidakadilan.
Mereka tidak mengambil "tidak" untuk sebuah jawaban ketika mereka percaya ada solusi yang lebih baik.
Mereka pergi tanpa sepatu baru sehingga anak-anak mereka dapat memiliki mereka.
Mereka pergi ke dokter dengan teman yang ketakutan.
Mereka mencintai tanpa syarat.
Mereka menangis ketika anak-anak mereka unggul dan bersorak ketika teman-teman mereka mendapat penghargaan.
Mereka bahagia ketika mereka mendengar tentang kelahiran atau perkawinan baru.
Istirahat hati mereka ketika seorang teman meninggal.
Mereka memiliki kesedihan atas kehilangan anggota keluarga, tetapi mereka kuat ketika mereka berpikir tidak ada kekuatan yang tersisa.
Mereka tahu bahwa sebuah pelukan dan ciuman dapat menyembuhkan patah hati.
Wanita datang dalam semua ukuran, dalam semua warna dan bentuk.
Mereka akan menyetir, terbang, berjalan, berlari atau e-mail Anda untuk menunjukkan betapa mereka peduli pada Anda.
Hati seorang wanita adalah apa yang membuat dunia berputar!
Wanita melakukan lebih dari sekadar melahirkan.
Mereka membawa sukacita dan harapan.
Mereka memberi kasih sayang dan cita-cita.
Mereka memberikan dukungan moral kepada keluarga dan teman-teman mereka.
Perempuan memiliki banyak berbicara dan banyak memberi.
10 March 2010
Manila - One girl managed to save his brother from the fire. In order to save his brother who was a baby, 6-year-old boy had suffered injuries serious burns.
This happened in Negros Islands, Philippines as reported by the Philippine Daily Inquirer and reported by AFP news agency on Saturday (6/3/2010).
Virginia Rojo successfully brought his younger brother, Joren out of their huts on fire. Joren body of 4-month-old Virginia was protected from the flames with his own body. Virginia did not care if the fire had licked her face and hands.
Virginia was asleep when the fire burned their dilapidated house. "Jesus told me to wake up and save the baby brother," Virginia said as quoted by local media, the Philippine Daily Inquirer.
Thanks to the courage of Virginia, the baby survived. He was not injured. But Virginia suffered burns on his face and hands.
Friends, let the warmth of the love of Jesus remain in our hearts, let's tap the love of Jesus :)
Source : Detik.com
Love With Your Whole Heart
“‘Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your strength and with all your mind’; and, ‘Love your neighbor as yourself.’” Luke 10:27 (NIV)
God wants your heart to beat in such perfect rhythm with his own that your passions merge with his passions. God wants you to love others as if your heart were one with his heart.
And the way you start loving others with a heart like God’s is to first love God with all your heart. This means you focus your heart on those things that matter most to God and you let go of anything that hinders your ability to align with God’s heart.
Jesus matched his heart with the Father’s heart, obeying everything the Father told him to do. His heart beat so closely with the Father’s that he did nothing without the Father’s direction and blessing. King David was called a man after God’s own heart because he cared about the things that mattered most to God and because he did what God told him to do.
Your heart can beat as one with God’s. That’s his design, and he wouldn’t set you up for failure or ask you to do something he’s unwilling to support. He is working toward bringing your heart into rhythm with his.
You can love with whole-hearted God-love. The Holy Spirit connects you to God’s love, and it will flow through you to others.
Jon Walker is the author of “Growing with Purpose: Connecting with God Every Day.”
05 March 2010
Do prayers reflect belief?
By Jon Walker
Abruptly Jesus broke into prayer: “Thank you, Father, Lord of heaven and earth. You’ve concealed your ways from sophisticates and know-it-alls, but spelled them out clearly to ordinary people.” (Matthew 11:25 MSG)
What do your prayers reveal about your perceptions of God?
I was thinking about this question the other day while reading a book by the great prayer warrior T. W. Hunt. In Disciple’s Prayer Life, Hunt and co-author Catherine Walker teach that we learn about the attributes of God by analyzing the prayers of people in the Bible.
For instance, when Daniel knelt to pray, he knowingly violated a civil code that required he only pray to a king-proclaimed god. From Daniel’s prayer, we learn that God is the most high God, and there are no other gods above him.
When Cornelius, a Gentile, prayed, seeking salvation from the God of Abraham, we learn from his prayer that there is only one true God.
These, and many other prayers in the Bible, show us the character of God and help us know him more intimately. But then I started thinking: What would someone learn about God if they listened to my prayers? Would they see that he is trustworthy? Would they see that he’s pure and holy?
Or do my prayers suggest a god who is not trustworthy, a god who isn’t concerned about the circumstances of my life, a god who reflects my own weak faith as opposed to a God who is trustworthy, caring, and faithful?
What does this mean?
- Know God – Do your prayers reveal the truth about God, his character as described in Scripture? Or do they reflect a wishful faith that hopes God is listening and willing to answer? Align your prayers with God’s great and unsurpassed character. He is El Shaddai, the all-sufficient One, able to meet any and all of your needs.
- Pray Scripture – Align your prayers with God’s Word. One way to ensure this is to pray sections of Scripture. In other words, take a passage and use it as the basis for a prayer to God, personalizing it to your circumstances and needs.
- Provision List – Thank God that he does answer your prayers. In fact, keep a list that records your prayers and the answers God provides. It will supply consistent evidence of God’s involvement in your life and his constant care for you.
But God Is Our Deliverer
In moments of despair, confusion, or darkness, it’s only natural to wonder if God is paying attention. In honesty, sometimes you ask him, “Hey, God is there any kind of plan here?” Or, “God, do you realize what’s about to happen—to me?”
That’s when we need to cling to a “but God” faith, where we believe things may look bad, but God is working it for good. Lord, I believe; help my unbelief!
Sometimes what comes after the “but God” in our flesh and bone grammar, comes immediately; sometimes it may be years before we see the end of the sentence God is writing with our lives.
But that doesn’t mean God has abandoned our story.
God uses the initial part of the sentence, before the words that follow “but God” are revealed, to develop in us the faith of certainty in his sovereignty and grace.
We may be hard pressed on every side, but God keeps us from being crush; perplexed, but God lifts us from the pits of despair; persecuted, but God stands by our side; struck down, but indestructible because we’re filled with the incorruptible Spirit of God, and greater is he within us than he who is in the world (2 Corinthians 4; 1 John 4:4).
And each time we face a “God, what’s the plan here” moment, we’re stronger in our certainty that we’re nearing the “but God” in the sentence and that what’s on the other side of the situation-changing comma will be the rest of the story, unfolding for God’s glory which includes his plans of good for us (Jeremiah 29; Romans 8:28).
Along the way we change; we no longer see the need to know how we’ll be delivered, or if we’ll even be delivered. We come to know that, no matter how the sentence ends, it includes the phrase, “but God is our Deliverer.”
We reach our objective-in-Jesus to seek his face, and not what’s in his hand; we seek the Giver, not the gift; and, during the pause before “but God,” we find ourselves falling in love with God all over again.
Jon Walker is the author of “Growing with Purpose: Connecting with God Every Day.”
Misteri Hari Esok
Janganlah memuji diri sendiri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi … - Amsal 27:1
Sobat…Hari esok adalah misteri dan tak seorang manusiapun yang bisa mengetahuinya. Orang kita jumpai pada hari ini dalam keadaan segar bugar bisa jadi keesokan harinya sudah terbujur kaku di sebuah peti mati. Bukankah hal yang seperti ini sering kita lihat? Kemarin kita masih ngobrol panjang lebar, tetapi hari ini kita menerima sepucuk surat pemberitahuan kematian dan waktu penguburannya. Tak perlu terkejut, sebab itulah kehidupan.
Melihat pengetahuan manusia yang terus berkembang, rasanya kita dibuat semakin kagum saja. Penemuan-penemuan mutakhir abad ini menunjukkan bahwa semakin hari semakin hebat saja pengetahuan manusia. Mulai dari alat-alat medis yang memungkinkan mencangkok ginjal, sistem komputer nan canggih, penjelajahan ke ruang angkasa yang sepertinya mustahil dan masih banyak lagi. Tetapi sehebat-hebatnya manusia menciptakan berbagai penemuan mutakhir, mereka tetap saja tak bisa memecahkan misteri hari esok. Kalau sudah berbicara tentang hari esok, maka pengetahuan yang tinggi itu tiba-tiba merosot sampai ke titik nol.
Sobat…Kita boleh jadi orang yang sangat jenius dan brilian dalam segala hal, namun tetap saja kita tak tahu apa yang akan terjadi di hari esok. Hari esok adalah misteri ilahi dan tak ada seorang manusia yang bisa memahami dan memprediksikannya dengan pasti. Itu sebabnya Salomo menulis dengan bijaknya, “Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.” Beberapa ribu tahun kemudian Yakobus mempertegasnya, “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata ,’Hari ini atau besok kamu berangkat ke kota anu… sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok.”
Karena kita tidak tahu apa yang terjadi di hari esok, sungguh bijaksana kalau kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan yang empunya hari esok. Kita tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada hari esok, tapi kita bisa mempersiapkannya. Sehingga ketika waktu kita di bumi ini berakhir secara tiba-tiba kita sudah siap untuk segera berpindah ke surga yang kekal. Renungan hari ini tak bermaksud menakut-nakuti kita, melainkan membuat kita semuanya selalu siap sedia. Ketika Tuhan datang menghampiri kita, Dia pun akan berkata, “Sungguh aku mendapati iman di bumi ini.”
Rencana apa yang Anda miliki pada esok hari? Lalu cobalah tuliskan apa yang benar-benar terjadi pada keesokan harinya?
(Kwik)
Semua terjadi karena suatu alasan
Banyak orang yang terpuruk dalam kesedihan yang panjang karena kegagalan, karena keinginan dan doa-doanya tidak terkabul.
Bahkan ada yang sampai bunuh diri karena kegagalan tersebut dirasakan sebagai kegetiran hidup yang sudah tidak kuat untuk dihadapi sehingga lompat dari gedung yang tinggi, narkoba, mabok-mabokan dsb.
Anda pernah sedih yang luar biasa karena anda gagal menggapai impian Anda dan merasa do’a-doa Anda tidak dikabulkan Tuhan?
Bisa jadi Tuhan sayang dengan Anda dan Tuhan mempunyai rencana lain. Tapi kita tidak tahu rencana Tuhan sampai kita mengetahuinya…
Berikut ini kisah Frank Slazak yang bisa diambil sebagai pelajaran untuk kita ambil hikmahnya saja.
Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot.
Namun, sesuatu pun terjadilah. Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.
Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center
Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi , latihan ketangkasan , percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ?
Aku sangat yakin bahwa akulah yang akan terpilih. “ Tuhan, biarlah diriku yang terpilih karena itu adalah anugerah yang terbesar dalam hiduku!” , begitu aku berdoa. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih orang lain yaitu Christina McAufliffe.
Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam ?
Aku berpaling pada ayahku. Dan katanya: “Semua terjadi karena suatu alasan.”
Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? 73 detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak… dan menewaskan semua penumpang.
Saat itulah aku menangis, dan perasaan kesal dan marah kepada Tuhan hilang…yang ada adalah perasaan yang sangat bahagia dan tersanjung…bahwa Tuhan benar-benar sayang kepada diriku.
Aku teringat kata-kata ayahku: “Semua terjadi karena suatu alasan.” Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang….
Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.
Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara:
1. Apabila Tuhan mengatakan YA. Maka kita akan mendapatkan apa yang kita minta.
2. Apabila Tuhan mengatakan TIDAK. Maka mungkin kita akan mendapatkan yang lain yang lebih sesuai untuk kita.
3. Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU. Maka mungkin kita akan mendapatkan yang terbaik sesuai dengan kehendakNYA.